Veo 3: Mengguncang Industri Kreatif dan Menciptakan Peluang Baru di Era AI
Kecerdasan buatan (AI) telah mengubah banyak hal, termasuk industri kreatif. Sebagai bagian dari ekosistem kecerdasan buatan Gemini, Google Veo 3 menawarkan teknologi canggih untuk menghasilkan video berkualitas tinggi yang dilengkapi dengan efek suara, dialog otomatis, dan audio. Meskipun industri dapat memanfaatkannya, kehadiran kecerdasan buatan (AI) ini menimbulkan kekhawatiran tentang penurunan tenaga kerja manusia. Dalam esai ini, kita akan membahas bagaimana Veo 3 memengaruhi pasar kerja, masalah yang muncul, dan bagaimana perubahan ini dapat diatasi.
Jika sebelumnya pembuatan video membutuhkan penulis naskah, editor, pengisi suara, dan animator, kecerdasan buatan (AI) Veo 3 dapat mengotomatisasi banyak aspek produksi video, seperti pengeditan, animasi, dan pengisian suara. Akibatnya, untuk mengurangi biaya produksi, banyak bisnis mulai beralih dari tenaga kerja manusia ke kecerdasan buatan. kecerdasan buatan (AI) dapat menggantikan 30% pekerjaan kreatif pada tahun 2030, menurut McKinsey & Company (McKinnsey & Company, 2024).
Selain itu, ada peningkatan ketidakpastian di dunia kerja, terutama bagi kreator konten dan desainer grafis. Sekarang, teknologi yang mampu menghasilkan konten dalam hitungan detik memaksa mereka yang bergantung pada kreativitas manual untuk bersaing. Sebuah penelitian oleh World Economic Forum menunjukkan bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak hanya memiliki kemampuan untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga dapat mengharuskan karyawan untuk beradaptasi dengan keterampilan baru untuk tetap relevan (World Economic Forum, 2025). Banyak karyawan berisiko kehilangan pekerjaan jika mereka tidak menerima pelatihan yang cukup.
Namun demikian, Veo 3 kecerdasan buatan (AI) juga membuka pintu ke dunia kerja. Dengan kecerdasan buatan (AI), kurator konten, spesialis etika kecerdasan buatan (AI), dan analis data diperlukan untuk memastikan bahwa hasilnya berkualitas tinggi dan sesuai standar. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh MIT Technology Review menunjukkan bahwa kecerdasan buatan dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada menggantikan manusia, asalkan karyawan dapat beradaptasi dan memperoleh pelatihan yang tepat (MIT Technology Review, 2025).
Untuk mengurangi efek negatif, pekerja kreatif harus diberi strategi peningkatan keterampilan, atau upskilling, agar mereka dapat menguasai kecerdasan buatan (AI) daripada menggunakannya. Regulasi juga diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan sebagai alat bantu daripada mengganti tenaga kerja manusia secara keseluruhan. Studi Harvard Business School menemukan bahwa membuat konten dengan kolaborasi manusia dan kecerdasan buatan (AI) memiliki kualitas yang lebih baik daripada membuat konten dengan kecerdasan buatan (AI) sendiri (Harvard Business School, 2024).
Dengan peningkatan otomatisasi dalam pembuatan video,kecerdasan buatan (AI) Veo 3 menantang pasar tenaga kerja di industri kreatif. Meskipun teknologi ini mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia, peluang baru untuk mengelola kecerdasan buatan (AI) dan kurasi konten masih ada. Dengan peraturan yang tepat dan pelatihan keterampilan baru, kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan sebagai pendukung dan bukan ancaman bagi masa depan pekerja manusia.
Author: Yogi Prayoga
Media: Retizen Republika
menarik
BalasHapusSejujurnya memandang AI ini, memang memiliki nilai positif dan negatif nya. Saya sendiri merasakan, semakin baik AI dalam membuat gambar, seni, video, semakin saya merasa kehilangan jati diri dalam seni, karena disini, apa yang kita buat, mereka bisa membuat nya juga, atau mungkin bahkan lebih baik.
BalasHapusNiceee
BalasHapusmarzillam
BalasHapus