Dampak Negatif Tiktok Terhadap Etika dan Moral bagi Generasi Muda
Tiktok menjadi media sosial dengan kasus perundungan dunia maya tertinggi di Indonesia. Survei Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) tahun 2024 menunjukkan bahwa 39,34% dari 3.644 responden mengalami atau mengetahui perundungan di TikTok. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat jumlah laporan kasus perundungan meningkat dari 800 pada tahun 2018 menjadi 3.800 pada tahun 2024, dengan TikTok sebagai platform utama di kalangan Generasi muda.
Penelitian di SMP Negeri 5 Depok tahun 2024 menemukan bahwa banyak siswa yang sering melakukan pelecehan dan menunjukkan kemarahan di TikTok tanpa sadar. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka tentang dampak negatif perundungan masih rendah. Dari hasil survei, sekitar 51% siswa mengaku sering melakukan pelecehan, sementara 29% lainnya memiliki pemahaman yang sangat minim tentang bahaya perilaku negatif tersebut.
Penelitian Universitas Multimedia Nusantara (UMN) tahun 2024 menemukan bahwa sebagian besar pelaku perundungan terhadap konten kreator TikTok, The Tandi’s Family, adalah generasi muda pengguna aktif TikTok. Jenis perundungan yang sering muncul berupa pelecehan, penghinaan, dan fitnah lewat komentar. Pelaku sering menggunakan akun anonim sehingga sulit dilacak, Penelitian ini mengingatkan pentingnya kesadaran pengguna untuk menghindari perilaku negatif di media sosial.
Guru di sekolah melaporkan bahwa komentar kasar di TikTok membuat siswa sering menggunakan kata-kata tidak sopan dalam keseharian. Hal ini berdampak buruk pada tata krama dan komunikasi antar siswa, karena kebiasaan tersebut mulai dianggap biasa. Jadi, komentar kasar di TikTok tidak hanya merugikan korban langsung, tapi juga memengaruhi perilaku sosial generasi muda secara luas.
Selain itu, kebiasaan memakai kata-kata kasar juga bisa memicu konflik antar siswa dan menurunkan kualitas hubungan sosial di lingkungan sekolah. Siswa yang sering terpapar komentar negatif di media sosial cenderung kurang peka terhadap perasaan orang lain, sehingga mudah menyakiti atau menyinggung teman sebayanya. Kalau kebiasaan ini terus dibiarkan, rasa saling menghormati akan berkurang dan suasana belajar jadi kurang nyaman.
Orang tua dan guru sebaiknya mengawasi dan membatasi penggunaan media sosial anak, terutama TikTok, supaya mereka tidak terlalu lama terpapar konten negatif seperti komentar kasar. Selain membatasi waktu penggunaan gadget, pendampingan saat anak memakai media sosial juga penting agar mereka bisa belajar memilah konten yang baik dan menghindari pengaruh buruk. Dengan begitu, anak lebih terlindungi dan bisa memakai media sosial dengan lebih bijak dan bertanggung jawab.
Author: Delpia Winata Sebayang
Media: Kompasiana
interesting👍🏻
BalasHapusTikTok ini semakin kesini, semakin merusak. Konten konten yang dibagikan tidak jarang adalah kekerasan, vulgar, hal-hal yang tidak masuk akal, dimana ketika anak-anak membuka hal-hal tersebut, ini akan menjadikan mereka menormalisasikan apa yang mereka lihat. Padahal, apa yang ditampilkan disana, adalah hal yang tidak baik.
BalasHapus