Meningkatkan Perlindungan Terhadap Perempuan dari Kekerasan Seksual: Kasus Grup Fantasi Sedarah
Pentingnya memastikan keselamatan perempuan dari kekerasan seksual tidak dapat dipandang sebelah mata. Jaman sekarang ini, jalan menuju kesetaraan gender masih panjang dan terjal. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, norma-norma budaya yang diskriminatif terus menghasilkan realitas di mana perempuan mengalami subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan.
Situasi tersebut tampaknya didukung oleh budaya patriarki yang masih dianut di Indonesia, di mana laki-laki memposisikan perempuan sebagai makhluk lemah yang tidak berdaya (Shopiani et al., 2021, 942). Ketika perempuan mengalami kekerasan seksual, respon mereka seringkali dipengaruhi oleh rasa takut akan pembalasan dari pelaku. Ancaman pembalasan dari pelaku ini biasanya berupa ancaman kekerasan fisik atau pembunuhan, ancaman terhadap reputasi, pekerjaan, atau hubungan sosial korban.
Kekuasaan yang dimiliki pelaku, baik secara finansial, sosial, maupun politik, dapat memperkuat intensitas ancaman tersebut dan menciptakan rasa takut yang sangat besar sehingga korban merasa tidak memiliki pilihan lain selain diam. Kurangnya kepercayaan korban terhadap sistem penegak hukum dan lembaga perlindungan korban untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap ancaman pembalasan dari pelaku secara umum dapat memperkuat korban untuk tetap bungkam.
Mirisnya, banyak orang cenderung menyalahkan korban pelecehan seksual, bukan pelakunya. Ini menunjukkan kurangnya pemahaman tentang bagaimana pelecehan seksual terjadi dan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab. Akibatnya, perempuan sebagai korban merasa tidak puas dan merasa tidak ada gunanya mengangkat masalah itu sehingga laporan kasus pelecehan seksual menjadi rendah.
Grup "Fantasi Sedarah" merupakan contoh kasus kekerasan seksual di media sosial yang memiliki dampak signifikan terhadap perempuan yang terlibat. Grup ini memungkinkan anggotanya untuk berbagi fantasi seksual dan berinteraksi dengan anggota lain yang memiliki minat serupa. Walaupun grup ini sudah ditangani oleh pihak yang berwajib, dampaknya bagi korban masih sangat signifikan, yaitu trauma psikologis, kerusakan reputasi, dan rasa takut dan tidak nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain.
Menanggapi banyaknya kekerasan seksual terhadap perempuan, penelitian (World Health Organization, 2017) menekankan pentingnya implementasi sistem pelaporan dan penanganan kasus yang komprehensif sebagai solusi yang efektif. Hal ini dapat dilakukan melalui implementasi hukum dan kebijakan yang efektif dalam menanggulangi kekerasan seksual, penyediaan jalur pelaporan dan mekanisme penanganan kasus yang responsif dan berorientasi pada pemulihan korban, serta kampanye publik yang terstruktur dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah persepsi sosial yang mereduksi kekerasan seksual.
Dalam kesimpulan, memastikan keselamatan perempuan dari kekerasan seksual sangat penting dan memerlukan upaya yang komprehensif dari semua pihak. Dengan implementasi hukum dan kebijakan yang efektif, serta kampanye publik yang terstruktur dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi perempuan.
Author: Sanrego Banjarnahor
Media: Kompasiana
Mantap
BalasHapus